Sunday, 10 December 2017

Metode Pencarian Buta & Pencarian Heuristik

Metode Pencarian Buta.
Pencarian buta merupakan sekumpulan prosedur yang digunakan dalam melacak ruang keadaan. Pencarian berlangsung sampai solusi terakhir ditemukan. Idenya adalah menguji seluruh kemungkinan yang ada untuk menemukan solusi.

1. Pencarian Melebar Pertama (Breadth-First Search).
Pada metode Breadth-First Search, semua node pada level n akan dikunjungi terlebih dahulu sebelum mengunjungi node-node pada level n+1. Pencarian dimulai dari node akar terus ke level ke-1 dari kiri ke kanan, kemudian berpindah ke level berikutnya demikian pula dari kiri ke kanan sampai ditemukannya solusi.
Contoh :

jika dicari bagaimana jalur dari kota a menuju kota k, maka sistem akan menjelajahi setiap node hingga menemui titik kota k, sehingga hasil pencarian jalur terpendeknya adalah : a - b - c - d - e - f - g - h - i - j - k.

2. Depth First Search.
proses pencarian akan dilaksanakan pada semua anaknya sebelum dilakukan pencarian ke node-node yang selevel. Pencarian dimulai dari node akar ke level yang lebih tinggi. Proses ini diulangi terus hingga ditemukannya solusi.
Contoh :








Berdasarkan teori DFS, yang dicari berawal simpul terdalam / paling awal terlebih dahulu. Setelah itu merambat satu-persatu ke simpul paling ujung. Jadi model pnecariannya adalah menurun.

Metode pencarian heuristik.
Merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari proses pencarian Dalam pencarian state space, heuristik adalah aturan untuk memilih cabang-cabang yang paling mungkin menyebabkan penyelesaian permasalahan dapat diterima.

1. Metode Generate-and-Test 
Yaitu metode yang paling sederhana dalam pencarian heuristic. Jika pembangkitan possible solution dikerjakan secara sistematis, maka prosedur akan mencari solusinya, jika ada. Tetapi jika ruang masalahnya sangat luas, mungkin memerlukan waktu yang sangat lama.
Contoh : Travelling Salesman Problem.
Seorang salesman ingin mengunjungi n kota. Jarak antara tiap-tiap kota sudah diketahui. Ingin diketahui rute terpendek dimana setiap kota hanya boleh dikunjungi tepat 1 kali.
Generate & test akan membangkitkan semua solusi yang mungkin:









2. Metode Pendakian Bukit (Hill Climbing) 
yaitu Salah satu metode generate and test dimana umpan balik yang berasal dari prosedur uji digunakan untuk memutuskan arah gerak dalam ruang pencarian. Fungsi uji hanyalah ya atau tidak.

Contoh : menyelesaikan Number Puzzle Slider dengan kondisi tertentu menggunakan Simple Hill Climbing
menyelesaikan Number Puzzle Slider dengan kondisi teh(n) adalah nilai total heuristik dari kondisi puzzle. Bernilai 0 untuk posisi yang benar dan untuk posisi yang salah nilainya adalah jarak terpendek menuju posisi benar. Proses evaluasi yang dilakukan selalu mengambil nilai heuristik terkecil
Sumber :
http://www.elangsakti.com/2013/02/implementasi-algoritma-depth-first.html
http://tioramadhani.blogspot.co.id/2015/04/algoritma-metode-pencarian-buta.html
http://www.charisfauzan.net/2015/01/pencarian-buta-teori-dan-implementasi.html

Tuesday, 21 November 2017

Review Jurnal Merancang Dan Membuat Sistem Pakar

Judul : Merancang Dan Membuat Sistem Pakar
Jurnal : Teknologi Informasi DINAMIK
Link Jurnal : unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/download/76/71
Volume dan halaman : volume 8 no 2, halaman 115 - 124
Tahun : 2008
Penulis : Hersatoto Listiyono
Reviewer : Muhammad Dimas Ferdiansyah
ISSN : 0854­-9524

Tujuan Penelitian 
Jurnal ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur dan dimana tidak ada suatu prosedur tertentu untuk memecahkan masalah tersebut.

Manfaat Penelitian
Dengan bantuan sistem pakar seorang yang awam atau tidak ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar.Sesuai dengan namanya, suatu "Sistem Pakar" akan sangat tergantung pada pengetahuan (knowledge) yang didapat dari pakar yang menyumbangkan keahlian dan pengalamannya.

Metode Penelitian
melakukan wawancara yang melibatkan pembicaraan dengan pakar secara langsung dalam suatu wawancara. terdapat bentuk wawancara yang dapat digunakan, masing-masing bentuk wawancara tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. melakukan wawancara yang melibatkan pembicaraan dengan pakar secara langsung dalam suatu wawancara. terdapat bentuk wawancara yang dapat digunakan, masing-masing bentuk wawancara tersebut mempunyai tujuan yang berbeda, kemudian analisis protokol, observasi pada pekerjaan pakar, induksi aturan dari contoh.

Hasil Dan Pembahasan
Memang diakui bahwasannya sistem pakar merupakan program komputer yang sangat rumit dibanding dengan program komputer konvensional lainnya. Meskipun demikian, tidak perlu kecil hati atau menyerah sebelum mulai. Sudah banyak program-program sistem pakar yang sudah berhasil dengan baik, artinya bagaimanapun sulitnya toh masih bisa juga dibuat dan dikembangkan. Dalam pembuatan program sistem pakar ada beberapa langkah atau tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan:

1. Identifikasi masalah dan kebutuhan
Memang diakui bahwasannya sistem pakar merupakan program komputer yang sangat rumit dibanding dengan program komputer konvensional lainnya. Meskipun demikian, tidaklah perlu kecil hati atau menyerah sebelum mulai. Sudah banyak program-program sistem pakar yang sudah berhasil dengan baik, artinya bagaimanapun sulitnya toh masih bisa juga dibuat dan dikembangkan. Dalam pembuatan program sistem pakar ada beberapa langkah atau tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan.

2. Menentukan kesesuaian masalah
Jika masalahnya sudah diidentifikasi dengan jelas, kemudian dilakukan pengkajian lebih mendalam untuk mengetahui apakah tepat menggunakan sistem pakar atau tidak. Hal penting yang harus diingat adalah hanya masalah tertentu yang bisa dipecahkan secara baik dengan menggunakan sistem pakar. Misalnya diagnosis kerusakan TV, diagnosis penyakit batuk, diagnosis penyakit mata dan lain-lain.

3. Mempertimbangkan alternatif
Apabila sudah bisa mendapatkan masalah yang dianggap cocok untuk diterapkan dalam sistem pakar, perlu adanya pengkajian terlebih dahulu tentang alternatif-alternatif lain yang lebih mudah, cepat dan sesuai dengan masalah yang ingin diselesaikan.

4. Menghitung pengembalian investasi
Langkah berikutnya adalah menentukan apakah sistem pakar lebih menguntungkan atau tidak. Perhitungan kembali tidaknya investasi dengan jalan menganalisis biaya dan kemungkinan keuntungan. Hal ini akan membantu dalam investasi pembuatan sistem pakar dan menentukan apakah biaya yang dikeluarkan itu akan sesuai dengan hasil yang akan dicapai.

5. Menyeleksi alat pembuatan\
Alat pengembangan sistem pakar adalah paket software dan hardware yang memungkinkan dan cocokuntuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam komputer. Yakni melalui suatu proses analisis dan desain yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan suatu prototipe. Hampir semua alat pengembang sistem pakar menggunakan pangkalan kaidah, beberapa diantaranya menggunakan jaringan semantik atau matrik, tetapi bisa juga lebih mahal dan hanya bisa dioperasikan dalam komputer besar.

6. Melaksanakan reyakasa pengetahuan
Pengembangan sistem pakar dimulai dengan merekayasa pengetahuan, yaitu bagaimana caranya memperoleh pengetahuan. Seperti kita ketahui, pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu melalui buku-buku, artikel-artikel ilmiah atau acuan lainnya yang bisa diperoleh dengan mudah dan cepat.

7. Merancang Sistem
Dengan menggunakan pengetahuan yang sudah didapatkan beserta alatnya yaitu software dan hardware, maka sekarang dapat dilakukan tahap merancang sistem pakar. Pertama yaitu memilih alat representasi pengetahauan (misalnya matriks), kemudian mengembangkan matriks tersebut dengan membuat diagram pohon klasifikasi yang nantinya akan membantu dalam mengorganisasi dan memahami pengetahuan itu.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapat bahwa dengan menggunakan pengetahuan yang sudah didapatkan beserta alatnya yaitu software dan hardware, maka sekarang dapat dilakukan tahap merancang sistem pakar. Pertama yaitu memilih alat representasi pengetahauan (misalnya matriks), kemudian mengembangkan matriks tersebut dengan membuat diagram pohon klasifikasi yang nantinya akan membantu dalam mengorganisasi dan memahami pengetahuan itu. Dengan menggunakan bantuan ini mulailah mengkonversi pengetahuan dalam bentuk kaidah produksi. Sebaiknya mengikuti prosedur tertentu dengan yang disarankan oleh software yang dipilih. Bila sudah selesai barulah mulai menerjemahkan kaidah ke dalam basisdata dan menguji bagian yang sudah dibuat. Hal ini dimaksudkan untuk menguji konsep sebelum melanjutkan pembuatan seluruh program. Sebagai langkah terakhir adalah membuat antarmuka pemakai (user interface).

Berdasarkan hasil review dari jurnal ini, penulis dari review ini (selaku pemilik dari blog) ingin menyampaikan komentar tentang keunggulan yang didapat dari jurnal
Dapat dilihat bahwa jurnal ini disampaikan dengan sangat detail mengenai permasalahan serta solusi yang dijelaskan. struktur serta kerangka jurnal yang lengkap menjadikan jurnal ini memiliki data- yang dipaparkan secara lengkap, metode penilitian nya pun berdasarkan aquisisi pengetahuan (Knowledge Aquisition).

Referensi
Durkin, John,Expert Systems Design and Development.Prentice Hall International Inc., 1994.
unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/download/76/71

Monday, 30 October 2017

Membuat Garis Vertikal, Horizontal dan Diagonal Dengan Java dan openGL Pada Netbeans

Tugas : Program Membuat Garis Horizontal, Vertikal dan Diagonal dengan Java Dan Libray openGL
MatKul Kuliah : Grafik Komputer Dan Pengolahan Citra

Ringkasan Program :

Terdapat menu yang dapat memilih 3 program garis, yang pertama garis horizontal, kedua program vertikal dan ketiga program diagonal. Ketiga program tersebut terdiri dari setiap class nya masing-masing, jadi kita dapat memanggil program yang akan di pilih. Terdapat button OK dan Close. Button OK digunakan untuk memilih program yang akan di input, dan button close berfungsi sebagai tombol exit dengan kata lain mengakhiri program nya.

Terbagi atas 4 class yaitu :
  • Menu Utama
  • Garis Horizontal
  • Garis Vertikal
  • Garis Diagonal





Untuk mengetahui lebih jelas nya silahkan (Klik Download PDF).

Link Downlad : Download PDF

Tuesday, 17 October 2017

Penjelas PEAS pada Intelligent Agents

PEAS merupakan singkatan dari kata Performance Measure, Environment, Actuators, Sensor.

Ketika kita membuat suatu rancangan agent, kita harus mengidentifikasi lingkungan masalah atau yang biasa kita bisa sebut dengan  "Task Environment" apa saja itu? mari kita simak satu persatu
  1. Pertama ada Performance measure, berisi komponen-komponen yang akanmenjadi tolak ukur keberhasilan agent.
  2. Kedua ada Environment, berisi kondisi yang dapat mempengaruhi disekitar agent.
  3. Ketiga ada Actuators, berisi kemampuan yang dapat agent itu lakukan.
  4. Dan yang terakhir ada Sensors, berisi hal-hal apa saja yang dapat diinput agent.
Saya akan memberikan satu contoh agar kita lebih memahaminya. Contoh : AGENT LENGAN ROBOT PENGECAT RUANG OTOMATIS.
  1. Performance measure : Keakuratan mengikuti perintah yang diinputkan, kerapihan saat mengecat, keakuratan tebal dan tipis cat, kecepatan saat bekerja,pPekerjaan yang pas(presisi)
  2. Environment : Permukaan tembok yang di cat, cat tembok, operator (mandor).
  3. Actuators :  Bisa menggunakan sistem hidrolik, sistem pneumatik, motor DC, motor AC, motor stepper dan berbagai jenis penggerak lainnya.
  4. Sensor : Kamera yang akan digunakan untuk mendeteksi batas-batas garis, keyboard yang akan digunakan untuk menginputkan tebal pengecatan berapa mm, batas-batas tinggi warna tertentu.


Sumber : 
http://berbagi-cerita09.blogspot.co.id/2016/09/penjelasan-peas-dalam-konteks.html
https://www.youtube.com/watch?v=rNcPVvIs_tk




Pengenalan Intelligent Agents

AGENT dan Lingkungannya
Intelligent agent (IA) adalah sebuah entitas otonom yang mengamati dan bertindak atas lingkungan (yaitu membutuhkan agen) dan mengarahkan aktivitasnya untuk mencapai tujuan  yaitu rasional. Intelligent agen juga dapat belajar atau menggunakan pengetahuan untuk mencapai tujuan mereka.
Agents adalah segala sesuatu yang dapat melihat/ mengartikan/ mengetahui (perceiving) linkungannya melalui alat sensor (sensors) dan bertindak (acting) melalui alat aktuator (actuators).
Manusia sebagai agent : mata, telinga dan organ lainnya sebagai sensors; tangan, kaki, mulut dan bagian tubuh lainnya sebagai actuators.
Robot sebagai agent : kamera dan pejejak infra merah sebagai sensors; berbagai motor pengerak sebagai actuators.
Software sebagai agent : tekanan pada keyboard, isi file dan paket-paket pada jaringan sebagai masukan sensors; tampilan pada layar, penulisan file dan pengiriman paket jaringan sebagai keluaran actuators. lebih jelassilahkan lihat pada gambar dibawah ini.



Contoh Dari Intelegent Agents yaitu (KOKI CERDAS).





Koki Cerdas ini merupakan suatu robot yang dapat memasak makanan secara otomatis. Cara kerja alat ini adalah manusia dapat memilih menu serta porsi makanan yang disediakan robot tersebut, kemudian memasukkan bahan – bahan yang diperlukan.  Robot kemudian akan menerjemahkannya dan mengambil peralatan serta bahan-bahan dari tempat yang telah disediakan sebelumnya. Peralatan memasak berupa kompor bertenaga baterai (tanpa api), panci, wajan, dsb.  Jika bahan-bahan tidak mencukupi atau terdapat peralatan yang tidak layak pakai maupun rusak, maka robot akan mengirimkan peringatan kepada user. 
Alat ini sangat efektif untuk memudahkan pekerjaan manusia.Jika sedang lapar tapi malas memasak, robot ini dapat digunakan. Ibu-ibu yang sibuk dan tidak punya banyak waktu dapat menggunakan alat ini untuk menyiapkan masakan keluarganya. Yang diperlukan user adalah menempatkan peralatan serta bahan-bahan untuk memasak dengan benar.

Sumber :
maukar.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42871/Agent.pdf
http://blog.ub.ac.id/ika1412/2013/10/08/contoh-intelligent-agent/

Sunday, 24 September 2017

Apa Itu Artificial Intelligence

Mengenal Apa Itu AI (Artificial Intelligence) atau Kecerdasan Buatan???

    Artificial Intelligence merupakan sebuah teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia. Sederhana nya gini sebuah instruksi pintar yang diberikan kepada program maupun mesin. Istilah ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1956 di konferensi darthmouth. Sejak saat itu , AI terus dikembangkan sebab berbagai penelitian mengenail teori teori dan prinsip prinsipnya juga terus berkembang. Meskipun AI baru muncul pada 1956 tapi teori teori yang mengarah ke AI sudah muncul sejak tahun 1941. Berikut Tahapan tahapan teori dalam Artificial Intelligence.


Sejarah Perkembangan Artificial Intelligence

  • Era Komputer Elektronik (1941)
Pada tahu 1941 telah ditemukan alat penyimpanan dan pemosresan informasi. Penemuan tersebut dinamakan komputer elektronik dan dikembangkan di USA dan jerman. Saat itu komputer membutuhkan ruangan yang luas , AC yang terpisah dan melibatkan ribuan kabel untuk menjalankan suatu program.Itu tentunya sangat merepotkan programmmer dalam membuat program. Pada tahun 1949 , berhasil ditemukan komputer yang mampu membuat pekerjaan memasukkan program menjadi lebih mudah. Penemuan ini menjadi dasar pengembangan yang mengarah ke AI.

  • Masa Persiapan ( 1943 -1956)
Pada tahun 1943 , Warren McCulloch dan Walter Pitts berhasil membuat suatu model sel syaraf tiruan di mana setiap neuron digambarkan sebagai on dan off.mereka menunjukan bahwa setiap fungsi dapat dihitung dengan suatu jaringan sel syaraf dan bahwa semua hubungan logis dapat diimplementasikan dengan struktur jaringan sederhana. pada tahun 1950 , Nobert Wiener membuat penelitian mengenai prinsip prinsip teori feedback. Contoh yang terkenal adalah thermostat . Penemuan ini yang merupakan awal dari perkembangan AI. Pada tahun 1956 John McCarhty membuat sebuah team utuk membantunya melakukan penelitian dalam bidang automata , jaringan syaraf dan mempelajari intelligence. Hasilnya adalah program yang mampu berpikir non-numeric dan menyelsaikan masalah pemikiran , yang dinamakan principia mathematica. Hal ini menjadikan john McCarthy disebut sebagai fathre of AI.

  • Awal Perkembangan AI (1952 – 1969)
Pada tahun pertama perkembangannya , AI mengalami banyak kesuksesan. Diawali dengan kesuksesan Newel dan Simon dengan sebuah program disebut General Problem Solver. Program ini dirancang untuk memlulai penyelesaian masalah secara manusiawi. Pada tahun 1958 McCarthy di MIT AI lam mendefinisikan bahasa pemograman tingkat tinggi yaitu LISP, yang sekarang mendominasi pembuatan program program AI. pada tahun 1959 keluarlah sebuah program AI yaitu Geometry Theorm Prover  yang dapat membuktikan suatu teorama teorama menggunakan axioma-axioma yang ada.Pada tahun 1968 , Program analogi buatan Tom Evan menyelesaikan masalah analogi geometris yang ada pada tes IQ.

  • Perkembangan AI Melambat ( 1966- 1974)
Prediksi Herbert Simon pada tahun 1957 yang menyatakan bahwa AI akan menjadi ilmu pengetahuan yang akan berkembang pesat ternyata meleset. Pada 10 tahun kemudian, perkembangan AI melambat. Program AI yang bermunculan hanya mengandung sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali pengetahuan pada subjeknya. Program AI berhasil hanya karena manipulasi sintetis yang sederhana. Sebagai contoh adalaha Weizenbaum’s ELIZA program (1965) yang dapat melakukan percakapan serius pada berbagai topic, sebenarnya hanyalah peminjaman dan manipulasi kalimat-kalimat yang diketikkan oleh manusia.


  • Sistem Berbasis Pengetahuan (1969-1979)
Pengetahuan adalah kekuatan pendukung AI. Hal ini dibuktikan dengan program yang dibuat oleh Ed Feigenbaum, Bruce Buchanan dan Joshua Lederberg yang membuat program untuk memcahkan masalah struktur molekul dari informasi yang didapat dari spectrometer massa. Program ini dinamakan Dendral Programs yang berfokus pada segi pengetahuan kimia. Dari segi diagnosis medis juga sudah ada yang menemukannya, yaitu Saul Amarel dalam proyek Computer in Biomedicine. Proyek ini diawali dari keinginan untuk mendapatkan diagnose penyakit berdasarkan pengetahuan yang ada pada mekanisme penyebab proses penyakit.

  • AI menjadi sebuah industri (1980-1988)
Industrialisasi AI diawali dengan ditemukannya expert system (system pakar) yang dinamakan R1 yang mampu mengkonfigurasi system-sistem computer baru. Program tersebut muali dioperasikan di Digital Equipment Corporation (DEC), McDermott, pada tahun 1982. Pada tahun 1986, program ini telah berhasil menghemat 40 juta dolar per tahun. Pada tahun 1988, kelompok AI di DEC menjalankan 40 sistem pakar. Adapun perusahaan yang menawarkan software tool untuk membangun system pakar seperti Carnegie Group, Inference, Intellicorp, dan Technoledge. Untuk perusahaan hardware yang turut berperan dalam pembangungan workstation yang digunakan untuk optimalisasi program LISP adalah LISP Machines Inc., Texas Instrument, Symbolics, dan Xerox.

Adapun Beberapa Contoh Pada Pemanfaatan AI Diantaranya:

1. Dalam bidang game
Setiap game pasti memiliki AI standar, misalnya jika anda memerintah ini, maka si AI akan menjalankan tugasnya. Bahkan banyak game-game yang bertemakan sci-fi seperti HALO, Mass Effect, Crysis, dll di dalam game tersebut masing-masing karakter memiliki AI nya sendiri. Jadi ini bisa dikatakan AI di dalam AI.

2. Dalam bidang pendidikan
Kalau ada tugas atau kerjaan hampir kebanyakan kita mencari-cari kata kuncinya ke google, udah nggak ke buku lagi, alasannya tentu lebih praktis, mudah, dan juga rinci. Ini kan berarti peran AI sudah melekat erat pada bidang pendidikan. Istilahnya yaitu eLearning. Sedikit penjelasan eLearning : eLearning adalah suatu metodologi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi komputer (khususnya internet) sebagai medianya dan dipercaya dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran dan dari segi sumber daya akan dapat menghemat biaya.

3. Dalam bidang pertahanan dan keamanan
AI juga bisa dipakai untuk militer. Mungkin setelah mempertimbangkan WW1 WW2 dulu, nyawa manusia sekarang lebih diperhatikan dalam perang, makanya dibuat aneka kendaraan dan senjata dengan bantuan AI agar nyawa para prajurit lebih aman. Contohnya UAV ini.

4. Dalam bidang perfilman
Selain AI juga berperan dalam proses pembuatan film itu sendiri, teknologi AI seperti ini juga banyak diangkat dalam cerita dunia perfilman. Misalnya dalam tokoh animasi seperti robot pengolah sampah Wall-E sampai film aksi Iron Man dan masih banyak lagi.

5. Dalam bidang industri
Keberadaannya AI sendiri juga sangat membantu dalam bidang industri seperti halnya pemanfaatan robot yang digunakan dalam merangkai sebuah mesin sehingga mampu memberikan kemudahan dan keamanan terhadap pengelola.


Sumber:
https://lppm.trigunadharma.ac.id/public/fileJurnal/160B2-OK-Jurnal9-MD-Kecerdasan%20Buatan.pdf

Tuesday, 4 July 2017

REVIEW JURNAL ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI (IT GOVERNANCE) PADA BIDANG AKADEMIK DENGAN COBIT FRAME WORK STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

Judul : Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi ( It Governance ) pada Bidang Akademik dengan Cobit Frame Work Studi Kasus pada Universitas Stikubank Semarang
Jurnal : Teknologi Informasi DINAMIK
Link jurnal : unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/download/361/238
Volume dan halaman : volume 16 no 2, halaman 1 - 11
Tahun : 2011
Penulis : Agus Prasetyo Utomo dan Novita Mariana
Reviewer : Muhammad Dimas Ferdiansyah
ISSN : 0854­-9524

Tujuan Penelitian
Menerapkan, merancang serta mengendalikan IT Governance pada UNISBANK, terutama yang berhubungan dengan layanan akademik, serta menghubungkan domain delivered (DS) dan monitor evaluate (ME) yang masing masing terdiri dari beberapam proses. lalu memetakan tingkat maturity proses TI lembaga saat ini sehingga dapat diukur posisi proses nya.

Manfaat Penelitian
manfaat yang di dapatkan nantinya diharapkan rekomendasi pengelolaan TI ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan pihak manajemen TI bagaimanasebaiknya pengelolaan TI untuk mendukung kinerja layanan akademik yang dilakukan oleh BAAK  terutama dalam pelayanan danmonitoring dari TI tersebut.
Metode Penilitian
Melakukan  studi  lapangan  mengenai proses penggunaan  TI yang  sedang berjalan  dan  mengumpulkan  dokumen mengenai  visi, misi, strategi, tujuan,  dan struktur lembaga UNISBANK. Serta Metode ini disusun menggunakan control process berdasarkan management guidelines COBIT (Control Objectives For Information And Related Technology)  yang menyediakan referensi best business practice yang  mencakup keseluruhan proses bisnis organisasi dan memaparkannya dalam struktur aktivitas­ aktivitas  logis yang  dapat dikelola dan dikendalikan secara efektif.  

Hasil Dan Pembahasan 
Pada jurnal ini Jumlah  responden  yang  dipilih  untuk pengisian  kuesioner sebanyak 37 orang responden yaitu meliputi karyawan P2ICT dan karyawan BAAK,  dosen dan  mahasiswa UNISBANK  tingkat akhir.  Responden  yang  dipilih  adalah merekayang mempunyai  kemampuan untuk menilai penggunaan TI saat ini berkaitan  dengan kegiatan layanan akademik UNISBANK. 


Mendidik Dan Melatih User
Berdasarkan hasil fakta yang diperoleh dari kuesioner yang menggunakan model maturity, proses ini berada pada tingkat 4 (Diatur) , artinya: 
  1. Program pendidikan dan pelatihan SDM sudah dilakukan secara terpadu dengan hasil terukur. 
  2. Institusi menjadikan program pendidikan dan pelatihan sebagai salah satu hal pertimbangan dalam peningkatan jalur karir SDM. 
  3. Pengkajian ulang  setiap  penyelenggaraan pelatihan dan program pendidikan dilakukan secara terjadwal dan pembaharuan program pelatihan dan pendidikan selalu dilakukan 
Mengelola Data
Pengelolaan  data maupun pengelolaan arsip dan  dokumen berkaitan  dengan proses akademik menjadi tanggung jawab BAAK baik  di  tingkat universitas dan  masing­masing  Program  Studi. Sedangkan  pengelolaan  data akademik secara online merupakan tanggung jawab P2ICT. 

Monitor Dan Evaluasi
Berdasarkan model maturity, proses ini berada pada tingkat 3 (Ditetapkan) ,  artinya: 
  1. Sudah  terdapat standarisasi  prosesmonitoring yang dikomunikasikan ke seluruh  unit kerja yang  ada di  Institusi
  2. Program  pendididkan  dan  pelatihan untuk monitoring diberikan untuk stafyang bertanggung jawab atas monitoring kinerja TI. 
  3. Pengukuran  kontribusi  fungsi  layanan yang diberikan  kinerja TI terhadap kinerja Institusi  sudah didefinisikan sesuai  dengan  kriteria operasional
Rekomendasi IT Governance Lembaga 
Untuk  dapat mendukung  pencapaian  tujuan UNISBANK  setidaknya tingkat maturitypengelolaan TI yang dilakukan minimal harus berada pada tingkat  level 4 – diatur(managed) dimana proses di monitor dan  diukur menggunakan indikator tertentu.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Lembaga UNISBANK memiliki pengelolaan TI dalam mendukung layanan akademik dan dirasakan perlu dilakukan perbaikan terhadap beberapa control process yang dirasakan sangat penting menurut Lembaga yang terkait saat ini. Dalam pembuatan rekomendasi IT Governance dilakukan berdasarkan posisi maturity masing­masing control process tersebut. Untuk menentukan maturity tersebut menggunakan model maturity yang merupakan pemetaan yang menggambarkan kondisi control process tersebut pada saat ini dan dilakukan perbandingan antara keadaan saat ini dan hasil pemetaan.

Berdasarkan hasil review dari jurnal ini, penulis dari review ini (selaku pemilik dari blog) ingin menyampaikan komentar tentang keunggulan dan kekurangan yang didapat dari jurnal:

Keunggulan :
Dapat dilihat bahwa jurnal ini disampaikan dengan sangat detail mengenai permasalahan serta solusi yang dijelaskan. struktur serta kerangka jurnal yang lengkap menjadikan jurnal ini memiliki data- yang dipaparkan secara lengkap, metode penilitian nya pun berdasarkan analisis data hasil kuesioner. 

Kekurangan :
Penjelasan setiap bab nya menggunakan kalimat yang sangat panjang dan berulang-ulang, sehingga pembaca sulit untuk memahami isi dari jurnal tersebut. 

Sunday, 18 June 2017

Service Level Agreement & Operational Level Agremeent

Definisi SLA 

SLA singkatan dari Service Level Agreement atau jika diterjemahkan adalah, Perjanjian Tingkat Layanan , Pengertian SLA adalah bagian dari perjanjian layanan secara keseluruhan antara 2 dua entitas untuk peningkatan kinerja atau waktu pengiriman harus di perbaiki selama masa kontrak. Dua entitas tersebut biasanya dikenal sebagai penyedia layanan dan klien, dan dapat melibatkan perjanjian secara hukum karena melibatkan uang, atau kontrak lebih informal antara unit-unit bisnis internal. SLA ini biasanya terdiri dari beberapa bagian yang mendefinisikan tanggung jawab berbagai pihak, dimana layanan tersebut bekerja dan memberikan garansi, dimana jaminan tersebut bagian dari SLA memilikitingkat harapan yang disepakati, tetapi dalam SLA mungkin terdapat tingkat ketersediaan, kemudahan layanan, kinerja, operasi atau tingkat spesifikasi untuk layanan itu sendiri. Selain itu, Perjanjian Tingkat Layanan akan menentukan target yang ideal, serta minimum yang dapat diterima.

SLA Sebagai Layanan Aplikasi Bisnis
Dengan mengetahui hal itu, diharapkan tingkat pelayanan dan juga tingkat minimum, pelanggan dapat menggunakan layanan dengan maksimal. Hal ini juga sangat membantu jika klien adalah perantara, yang menjual kembali atau bundling dengan pelayanan yang lebih besar yang sedang dijual. SLA telah digunakan sejak awal 1980-an oleh perusahaan telepon dengan pelanggan dan reseller yang lebih besar perusahaannya dengan pelayanan mereka. Konsep “tertangkap” dari bisnis unit dan usaha lainnya dalam perusahaan besar mulai menggunakan istilah dan pengaturan yang ideal dalam awal kontrak layanan telekomunikasi. Ide menciptakan sebuah layanan yang lebih besar dari layanan yang lebih kecil hampir membutuhkan SLA dari penyedia jasa. Misalnya, untuk memiliki cakupan ponsel nasional, Anda tidak perlu untuk membangun menara dan antena di seluruh kota. Sebaliknya, Anda bisa menemukan perusahaan lokal dan daerah yang menawarkan layanan yang sama, menulis tentang SLA dan mengukur hasilnya. Untuk pelanggan anda, anda akan menawarkan SLA yang sama. Dalam SLA asli tidak memerlukan perusahaan dari mana anda membeli, dan anda dapat mengontrol biaya anda, ketika pelanggan mematuhi SLA yang anda buat dengan mereka. Hal ini memberikan kemampuan bagi Perusahaan untuk menggunakan banyak sub kontraktor untuk menyediakan pelayanan yang lebih besar, namun mengendalikan biaya dan sumber daya untuk menawarkan produk yang lebih besar.

Mengapa SLA dibutuhkan
SLA dibutuhkan jika dilihat dari sisi Penyedia layanan adalah sebagai jaminan atas service yang diberikan kepada klien, sehingga klien tersebut bisa puas atas layanan yang diberikan, dampak lain yang akan muncul dari sisi penyedia layanana adalah konsep pemasaran tradisional yaitu pemasaran dari mulut ke mulut , maksudnya adalah klien akan memberikan rekomendasi kepada temannya/ rekan lainnya bahwa layanan yang diberikan oleh penyedia tersebut bagus, sehingga berharap teman/ rekan lainnya mau berlangganan kepada provider/ penyedia layanan tersebut. Dari sisi Klien adalah menjamin aspek ketersedian  (availability) informasi(kalau kita mengacu kepada konsep informasi yang berkualias, adalah mengacu kepada availability, accurate, Update). Sehingga pihak klien merasa terbantu dengan ketersediaan layanan yang diberikan oleh pihak provider, sehingga proses pengelolaan data/ informasi dengan pihak-pihak terkait (customer/ vendor) berjalan lancar & tidak terganggu karena layanan itu mati, bisa dibayangkan jika klien tersebut adalah sebuah institusi perbankan (dimana layanan yang dibutuhkan adalah 24 jam , dengan kata lain layanan internet nya tidak boleh down (mati), dan bisa dibayangkan juga jika layanan dari perbankan itu down (mati), akibatnya dari aspek pemasaran nasabahnya dari bank tersebut tidak akan percaya , sehingga dampak yang paling tragis adalah nasabah tersebut akan berpindah kepada layanan dari bank lain ?, begitupula layanan-layanan lainnya seperti Perguruan tinggi, yang nantinya akan berdampak kepada image yang kurang baik dari perguruan tinggi tersebut.

Definisi OLA

operational-level agreement (OLA) mendefinisikan hubungan saling tergantung dalam mendukung Service-level agreement (SLA). Kesepakatan tersebut menggambarkan tanggung jawab masing-masing kelompok pendukung internal terhadap kelompok pendukung lainnya, termasuk proses dan kerangka waktu untuk penyampaian layanan mereka. Tujuan OLA adalah untuk menyajikan deskripsi dukungan internal dari penyedia layanan yang jelas, ringkas dan terukur.

OLA kadang diperluas ke frase lain tapi semuanya memiliki arti yang sama:
  • organisational-level agreement
  • operating-level agreement
  • operations-level agreement

Perbedaan SLA dan OLA

  1. Service Level Agreement berfokus pada bagian layanan dari perjanjian, seperti uptime layanan dan kinerja. Di sisi lain, Perjanjian Tingkat Operasional adalah kesepakatan sehubungan dengan pemeliharaan dan layanan lainnya.
  2. Service Level Agreement pada dasarnya adalah kontrak antara penyedia layanan dan pelanggan. OLA adalah kesepakatan antara kelompok pendukung internal sebuah institusi yang mendukung SLA.
  3. Saat membandingkan kelompok sasaran, OLA memiliki kelompok sasaran lebih kecil daripada SLA.
  4. Berbeda dengan OLA, SLA menghubungkan penyedia layanan ke pelanggan.
  5. Perjanjian Tingkat Operasional lebih bersifat teknis daripada Service Level Agreement.

Contoh Kasus
Cara menghitung SLA, tergantung dari layanan yang diberikan , sebagai contoh yang saya ketahui beberapa provider IT  khususnya provider / penyedia layanan internet memberikan SLA antara 96% – 99%, artinya dalam 1 bulan pihak provider menjamin bahwa layanan yang diberikan adalah :

Menghitung SLA (asumsi dengan SLA 98%, artinya layanan standard mereka 98% dalam 1 bulan, dan 2% dianggap wajar jika terjadi mati (down) dalam layanan tersebut)

1 hari = 24 jam
1 bulan = 30 hari

Biaya bulanan Internet = Rp. 1.000.000

==> 1 bulan = 30 hari x 24 jam = 720 Jam (720 jam merupakan layanan 100%)

==> Sedangkan jika 98% maka layanan standard mereka adalah

==> 98% * 720 jam = 705.6 jam (layanan standard mereka, sisanya 14.4 jam dianggap wajar jika layanan itu mati (down)

Pengertian Restitusi dan Bagaimana menghitung Restitusi

Restitusi adalah pengembalian dalam bentuk (bisa dalam bentuk pembayaran (uang), ataupun lainnya (tergantung kontrak) dari pihak penyedia layanan kepada klien.
Sebagai contoh (dengan mengambil lanjutan perhitungan diatas), jika klien mempunyai kewajiban membayar Rp. 1.000.000 :

Biaya bulanan internet = Rp. 1.000.000
SLA layanan (contoh bulan Juli)  = 76,6% (100% – 23,3%), artinya pihak provider bulan juli hanya bisa memberikan layanan internet sebesar 76,6% artinya ada selisih (98% – 76.6% = 21.3%, yang tidak bisa dipenuh oleh pihak provider)

Nah 21,3 % itu adalah hak kita u/ mendapatkan penggantian, penggantian ini biasanya dlm bentuk pengurangan pembayaran, misalkan kita bayar
1bulan Rp. 1.000.000 = untuk layanan 98% (1% sekitar Rp. 10.204)

Maka u/ layanan hanya 76.6% = 1.000.000 – (21.3% X Rp. 10.204)
=  Rp1.000.000 – Rp. 217.345
=  Rp. 782.654

Kesimpulan
Dengan adanya solusi kasus yang di atas, maka pelanggan dapat memahami hak layanan yang harus diterima, dan sebagai kewajiban yang harus dipenuhi tingkat layanan yang telah disepakati. Terkadang jumlah pengembalian yang diberikan tidak sebanding dengan kerugian pelanggan dari matinya internet, oleh karena itu pihak provider diharapkan dapat memenuhi setidaknya dari jumlah SLA yang dijanjikan.

Daftar Pustaka :
  1. https://bambangsuhartono.wordpress.com/2013/07/26/pengertian-dan-cara-perhitungan-sla-service-level-agreement/
  2. https://en.wikipedia.org/wiki/Operational-level_agreement
  3. https://en.wikipedia.org/wiki/Service-level_agreement
  4. http://infotamanet.com/pengertian-dan-cara-menghitung-sla/
  5. https://servernesia.com/1460/apa-itu-sla/

Sunday, 14 May 2017

Pembahasan dan Perbandingan Dari Framework dalam Manajemen Layanan SI (COBIT 5, ITIL, ISO/IEC 27002)


COBIT 5 (Control Objectives for Information and Related Technology 5)

COBIT 5 adalah kerangka bisnis untuk tata kelola dan manajemen perusahaan IT (IT goverrnance framework), dan juga kumpulan alat yang mendukung para manager untuk menjembatani jarak (gap) antara kebutuhan yang dikendalikan (control requirments), masalah teknis (technical issues) dan resiko bisnis (business risk). COBIT mempermudah perkembangan peraturan yang jelas (clear policy development) dan praktik baik (good practice) untuk mengendalikan IT dalam organisasi. COBIT menekankan kepatuhan terhadap peraturan, membantu organisasi untuk meningkatkan nilai yang ingin dicapai dengan penggunaan IT, memungkinkan untuk menyelaraskan dan menyederhanakan penerapan dari the COBIT framework.

ITIL (The IT Infastructure Library)

ITIL adalah best practice famework yang mampu meningkatkan layanan atau computing service didalam sektor Teknologi Informasi. ITIL memberikan sekumpulan prosedur board of management, yang diterapkan kepada seluruh aspek dari infrastuktur Teknologi Informasi, yang memampukan organisasi untuk dapat mengelola operasional teknologi informasinya. 

ISO/IEC 27002 (International Organization for Standardization (ISO) / International Electrotechnical Commission(IEC))

ISO/IEC 27002 merupakan sebuah seri penduan dan prinsip-prinsip yang berfungsi untuk menginisiasi, implementasi, pemeliharaan dan meningkatkan kinerja manajemen teknologi informasi dalam sebuah organisasi IT. ISO/IEC 27002 merupakan standar yang diakui secara internasional karena memiliki cara yang baik di bidang kemanan (Security). Standar-standar dari ISO/IEC 27002 telah diakui dan diterima secara global sehingga ini merupakan best practice Perguruan Tinggi dalam bidang keamanan untuk berbagai macam sektor.

Kombinasi Antara COBIT, ITIL dan ISO/IEC 27002

Perbedaan mendasar yang terdapat pada metodelogi ITIL adalah bagaimana proses-proses dijelaskan dan ditangani pada setiap aktifitas dan flowchart yang berbeda yang nantinya diharapkan akan memberikan sebuah arahan untuk organisasi dalam penggunaan IT dengan efektif dan efisien. Namun, dari sisi Critical Success Factor, Cobit menjelaskan dengan lebih detail dan lebih tepat sasaran.
COBIT memiliki strukur yang lebih baik dalam hal mengalamatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan IT Auditing, dalam hal IT Auditing pada COBIT mencakup area yang lebih luas dan  lebih cocok digunakan untuk menilai dan mengevaluasi  sebuah IT Governance. Fitur-fitur yang dimiliki COBIT dalam  penanganan terhadap masalah yang berkaitan dengan manajemen adalah COBIT mampu mereferensikan Critical Success Factor yang dibarengi dengan indikator kinerja dan model kapabilitas sebuah IT Governance. (Simonsson dan Johnson, 2008) berargumen bahwa ITIL tidak mendukung minat dalam IT (Strategic Interest of IT). Dalam hal ini COBIT diakui memiliki struktur IT Goverance yang lebih baik. 
ISO/IEC 27002 standar banyak digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan keamanan informasi dan tidak hanya masalah yang terkait dengan manajemen TI. Dengan tujuan umum, jelas bahwa standar ISO/ IEC 27002 tidak sesuai dengan yang setara dengan metodologi ITIL seperti yang kita dapat membandingkan metodologi ITIL dengan  metodologi COBIT.
Dapat dilihat dalam melakukan komparasi antara COBIT dan ITIL, keduanya memiliki kesamaan dalam model dan terstruktur dalam kesamaan yang tinggi di bidang IT management, terlebih lagi COBIT menggunakan metodelogi ITIL dalam merombak strukturnya di versi yang terbaru. Ada beberapa masalah yang ditujukan oleh metodelogi ini dan terdapat sedikit perbedaan konotasi yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

ITIL
COBIT
Incident Management
Administrate the problems and incidents
Problem Management
Administrate the problems and incidents
Configuration Management
Administrate and Configure
Change Management
Administrate Change
IT Services Financial Management
Identify and carry out
Apropriation Costs  
Capacity Management
Administrate
Performance and Capacity
Continuity of Service Management
Ensure Continuity of Services
Avalaibility
Management
Administrate
Performance and Capacity
Version Management
Administrate Change and Configuration
Service Level Management
Define and Manage Service Level

Metodelogi ITIL memiliki perbedaaan pada strukturnya, dapat dilihat sebagai contoh dalam penanganan Incident Management bahwa ITIL memiliki pendekatan yang lebih spesifik dan tidak memiliki bagian yang ekuivalen di dalam kerangka kerja COBIT. Namun, walaupun tidak adannya bagian yang ekuivalen, metodelogi COBIT tidak mengalamatkan masalah ini ke bagian lain dalam strukturnya atau COBIT melakukan pendekatan berbeda. ITIL menangani masalah ini dengan cara yang sangat detail pada level pemeliharaan jasa dan level operating agreements.  

ITIL dan COBIT dalam Relasinya dengan ISO/IEC 27002

menyoroti bahwa pelaksanaan keamanan dan kontrol dari standar ISO/IEC 27002 dikombinasikan dengan ITIL atau COBIT mengurangi ancaman kritis yang dapat mengganggu hasil proyek. ISO/IEC 27002 memiliki struktur utamanya untuk diterapkan berdasarkan suatu organisasi dan menjamin keseluruhan keselamatan di semua tingkat keamanan informasi dari suatu organisasi. Masalah administrasi dan manajemen ditangani oleh ITIL dan COBIT metodologi tidak memiliki struktur setara dibahas dalam ISO/IEC 27002 standar. ketersediaan informasi ditangani dalam ITIL dan COBIT dengan aspek kualitas, keandalan dan pemeliharaan IT menekankan bahwa ISO/IEC 27002 bersama-sama dengan ITIL dapat membantu penciptaan proses yang berkaitan dengan pengiriman dan dukungan dari IT.

Tabel. Usulan Metodologi Kombinasi

ITIL
COBIT
ISO/IEC 27002
Konsep / Proses
Critical
SuccessFactors (CSF)
Information Security
Aktivitas
Metrik(CSF/KPI)

Biaya /
Keuntungan
Good Practice
(CMM)

Perencanaan dan Eksekusi
Audit


Berdasarkan karakteristik dari masing-masing metodologi ini, kekuatan dan kelemahan mereka struktur dievaluasi capat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi metodologi ITIL, COBIT dan ISO/IEC 27002 harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan pada Tabel tersebut. Tabel ini dibangun dengan membandingkan tujuan pengendalian yang sama antara metodologi ITIL, COBIT dan ISO/IEC 27002. Sebagai hasil dari pekerjaan ini saran yang diajukan adalah bahwa metodologi ITIL harus digunakan untuk mendefinisikan strategi, konsep dan proses yang terkait dengan manajemen TI. COBIT harus digunakan untuk mengevaluasi kritis Keberhasilan faktor, metrik, indikator dan audit. Selain itu, standar ISO/IEC 27002 harus memandu pengelolaan TI dalam kaitannya dengan masalah keamanan IT